Menatap Iklan Reebok “Easytone - Reetone”
DOI:
https://doi.org/10.36806/.v5i1.38Keywords:
iklan, medan tatapan, obyek, subyek, advertorial, gaze, object, subjectAbstract
Abstrak: Iklan adalah sebuah objek, dan kita adalah subjek yang menatap kepada objek tersebut. Namun, “menatap” bukanlah sekadar menatap karena pada saat “menatap” iklan, ada sebuah medan tatapan yang berhubungan dengan kode penyampaian iklan itu sendiri yang mempunyai beberapa tingkatan (level). Tulisan ini membahas tentang level medan tatapan dalam iklan dengan contoh kasus iklan Rebook seri Easytone dan Reetone. Dari pembacaan iklan tersebut ditemukan bahwa level pertama “menatap” adalah melihat realita, yaitu subjek hanya melihat imaji (gambar) yang ada pada iklan tersebut. Level kedua adalah melihat apa yang direpresentasikan oleh semua realita tersebut. Siapa saja yang melihat iklan tersebut, dengan bebas dapat menerjemahkan sesuai intepretasi masing-masing. Sedangkan level ketiga berkaitan dengan kekuasaan atau ideologi tertentu yang melatarbelakangi realita dan representasi tersebut. Pada akhirnya “menatap” iklan dapat berperan lebih jauh dari sekedar dapat terpengaruh oleh rayuan untuk membeli produk yang diiklankan, tetapi juga membentuk abnormalitas seksual di kalangan wanita untuk menikmati sensualitas dan pamer keindahan tubuh yang palsu hasil konstruksi media.
Abstract: Advertisement is an object and we are the subjects who look at the object. However, “to gaze at” doesn’t just mean to look at. When we “gaze at” the advertisement, there is a depth of field relating to the code of delivering the advertisement that has various levels. This article discusses the level of depth of field in the advertisement of Rebook of Easytone and Reetone series. Based on the reading of the advertisement, it is revealed that the first level of “to look at” is to gaze at the reality, which is the subject only look at the image (picture) presented in the advertisement. The second level is to look at what is represented by the whole reality. Whoever looks at the advertisement can freely translate it according to their respective interpretation. For the third level, it is related to the power or particular ideology serving as the background of the reality and the representation. Ultimately “to gaze at” an advertisement can play a further role and not just merely an influence caused by a persuasion to buy the product being advertised, but to create a sexual abnormality among women to enjoy sensuality and the exhibition of the beauty of fake body as the result of a media construction.