Vol. 8 No. 2 (2020): Urban, Sejarah dan Kebudayaan (di) Indonesia

					View Vol. 8 No. 2 (2020): Urban, Sejarah dan Kebudayaan (di) Indonesia

EDITORIAL

Paham sejarah dan khususnya paham kebudayaan (di) Indonesia masih menjadi permasalahan penting. Bukan hanya bagi siswa Sekolah Dasar, bagi kita yang sudah dewasa pun akan menjumpai banyak kebingungan. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan Indonesia? Apakah hanya kebudayaan yang berakar dari etnis yang ada di Indonesia? Ataukah kebudayaan yang baru muncul setelah tradisi daerah ditinggalkan, termasuk budaya Indonesia sendiri? Akhirnya, dari kekuatiran akan timbulnya makna-makna lain, saya coba menggunakan "(di)" sebelum "Indonesia". Kuatir akan menimbulkan pemaknaan yang berbeda dari yang dimaksudkan oleh Jurnal Seni Rupa Warna​ ​ kali ini. 

Sementara itu, setelah kawasan eks jajahan Belanda menjadi negara Indonesia, perdebatan tentang kebudayaan Indonesia, atau kebudayaan nasional semakin sering diperbincangkan. Perdebatan klasik terjadi pada 1930-an, yang disebut sebagai Polemik Kebudayaan, yang terakumulasi: Perdebatan apakah Indonesia modern merupakan sesuatu yang menjadi kelanjutan dari masa sebelumnya, yang berisi keberagaman tradisi-tradisi etnis di kawasan Indonesia? Atau justru sama sekali sebagai suatu kebudayaan baru yang dimulai dari awal? Polemik tersebut dibukukan oleh Achdiat​ Karta Mihardja dari tulisan-tulisan Sutan Takdir Alisjahbana, Sanusi Pane, dan Poerbatjaraka. Hingga sekarang, substansi perdebatan itu masih menjadi titik tolak ketika berbicara mengenai kebudayaan.

Bagi Redaksi, kebudayaan dilihat sebagai sesuatu yang dipercaya dan dilakukan masyarakat. Untuk memahami masyarakat, kita pelajari produk, kegiatan, komunikasi, kesenian, dan lain-lain baik yang berasal dari kebudayaan etnis maupun suatu "karya baru": sintesa budaya-budaya, dari kebutuhan dan perkembangan masyarakat, dari dalam dan luar negeri, hasil adopsi dan lain sebagainya. Selain memahami proses penciptaan suatu karya seni saat ini, studi sejarah kesenian di masa lalu merupakan salah satu upaya memahami perjalanan kesenian di Indonesia. Bahkan, seringkali kesenian dan konsep kesenian yang ada sekarang tidak terlalu jauh dari yang lalu.

Jurnal Seni Rupa Warna kali ini menyajikan tulisan terkait Sejarah dan Kebudayaan yang amat beragam. Adapun bahasannya meliputi usaha memahami sejarah, menguraikan proses-proses penciptaan karya dengan mentransformasikan konten-konten masa lalu agar relevan bagi masyarakat sekarang, penelitian tentang produk seni yang mengambil posisi antara, yaitu di perbatasan tradisi dan global. Pada intinya semua bertujuan dapat memberikan pemahaman dan adanya upaya menyebarkan sejarah dan kebudayaan Indonesia. 

Sejarah tentang Propaganda Jepang melalui Kulit Muka Majalah Djawa Baroe ditulis oleh Shafaat Rouzel Waworuntu dan Indah Tjahjawulan. Penelitian ini mengambil objek literasi majalah Djawa Baroe untuk mengetahui apakah agenda Jepang dapat terepresentasikan melalui kulit muka tersebut. Selanjutnya, penelitian Nita Trismaya mencoba menafsir ulang Pemakaian Sneakers​ dalam Berkain-kebaya. Sneakers​ menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat urban untuk berbagai kegiatan. Permasalahan ini dianalisis menggunakan teori transformasi budaya untuk menafsir ulang sneakers​ yang kini menjadi bagian dari identitas ke-Indonesia-an melalui berkain-kebaya. Tulisan berikutnya, yaitu proses perancangan dan konsep tentang perancangan animasi, mengalih-wahanakan epik ​La Galigo, ditulis oleh Andi Annisa Amalia Marlina, Ehwan Kurniawan, dan Norman Adhy Maulana. Karya tersebut bertujuan untuk mengenalkan La Galigo kepada masyarakat luas. Selanjutnya, Inas Savero, Saut Irianto Manik, dan Kendra Paramita menuliskan bagaimana proses perancangan buku ilustrasi sejarah band ‘Jakarta Grunge’. Karya yang dibahas dalam tulisan ini memperkenalkan salah satu bagian dari sejarah musik Indonesia yang belum dikenal luas. Dalam kajian mengenai mode berbusana ada tulisan tentang Urban Dynamic: Inspirasi Kemacetan Tanah Abang Jakarta, oleh Iqbal Maulana, Retno Andri Pramudyawardani, dan Yanni Rosalin. Situasi Pusat Perbelanjaan Tanah Abang memberikan ide tersendiri dalam membuat koleksi busana. Bagaimana implementasi dari suasana kemacetan yang terjadi di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, ke dalam koleksi busana. Muhammad Iqbal Firdaus, Cecil Mariani, dan Adityayoga melalui Perancangan Huruf dan Media Pembelajaran Aksara Sunda, menjelaskan proses perancangan aksara Sunda dalam bentuk digital. Tujuannya agar pembelajaran aksara Sunda di sekolah lebih efektif dan menarik bagi siswa. 

 

Published: 2022-07-14