Membaca Ke-indonesia-an Dalam Karya Wastra Merah Putih

Authors

  • Lusiana Limono Forum Kriya Kontemporer Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.36806/.v5i2.52

Keywords:

kriya, wastra, pameran, nasionalisme, Exhibition, Nationalism

Abstract

Abstrak: Gemuruhnya hembusan isu SARA di tengah masyarakat bisa berakibat pada perpecahan antar anak bangsa. Para aktor kreatif ingin menyuarakan isi hatinya, mengungkapkan dengan bahasa kreatif, “mengingatkan” bukan “memperingatkan” bahwa Indonesia milik semua Warga Negara Indonesia dengan segala macam keberagaman yang ada. “Pameran Merah Putih’ adalah hadiah ulang tahun yang ke-72 bagi Republik Indonesia dari para seniwati kriya Indonesia. Beberapa karya seniman dalam pameran karya Wastra Merah-Putih memiliki ”bahasa” yang paralel dalam mengekspresikan Nasionalisme. Lebih jauh lagi bisa dilihat bagaimana kreatifitas mereka secara tidak langsung sudah diberi koridor ”Merah-Putih” oleh penggagas pameran. Selain kriya, pameran ini juga diberi narasi yang turut membangun konteks melalui sesi pemutaran fim Athirah karya Riri Riza yang di dalam beberapa adegannya menggambarkan keindahan kain-kain Bugis dan peran sosial kain Bugis tersebut. Komunitas Wastra menggunakan tanda-tanda: Warna Merah-Putih, Soekarno, Basuki Tjahja Purnama (Ahok), peta Indonesia, Pancasila dan turunannya, mainan tradisional Indonesia, rumah serta benda-benda tradisional untuk merepresentasikan ”Indonesia”. Tulisan ini memetakan karya-karya yang dipamerkan yang merupakan representasi dari budaya visual antar-”anggota” kriyawati wastra ini, serta sekaligus menggambarkan pola penciptaan makna melalui simbol-simbol, tanda-tanda, serta bentuk yang kemudian menjadi media untuk berdialog tentang Indonesia. 

Abstract: The rumble of the issue of racial intolerance in society can result in the split between the peoples. Craft artists expressed their hearts with creativities to ”remind” not to ”warn” that Indonesia belongs to all Indonesian citizens with all kinds of diversity that exists. ”Merah Putih Exhibition” is the 72nd birthday present for the Republic of Indonesia from Indonesian craft artists. Some works of artists in the Wastra Merah-Putih exhibition have a parallel ”language” in expressing Nationalism. Furthermore, it can be seen how their creativity has been indirectly given the ”Red-and-White” corridor by the initiator of the exhibition. In addition to the craft, this exhibition is also given a narrative that helped build the context through the screening session of Riri Riza’s movie, Athirah, which in some scenes depicts the beauty of Bugis fabrics and the social role of the Bugis fabric. The Wastra community uses signs: Red and White colors, Soekarno, Basuki Tjahja Purnama (Ahok), Indonesian map, Pancasila and its derivatives, traditional Indonesian toys, houses and traditional objects to represent ”Indonesia”. This paper maps the exhibited works which are representations of the visual culture among these ”members” of wisdom, and simultaneously describes the pattern of meaning creation through symbols, signs, and forms which later became the medium for dialogue about Indonesia.

 

Published

2021-07-02

How to Cite

Limono, L. . (2021). Membaca Ke-indonesia-an Dalam Karya Wastra Merah Putih. Jurnal Senirupa Warna, 5(2), 159–165. https://doi.org/10.36806/.v5i2.52