Gentrifikasi dan Kota: Kasus Kawasan Cikini-Kalipasir-Gondangdia

Authors

  • Sonya Indiati Sondakh Sekolah Pascasarjana IKJ
  • Iwan Gunawan Sekolah Pascasarjana IKJ

DOI:

https://doi.org/10.36806/.v7i2.114

Keywords:

Cikini-Kalipasir-Gondangdia, Gentrifikasi, Menteng, urban, gentrification

Abstract

Abstrak: Jakarta sudah melewati ratusan tahun perkembangan dalam segala aspek. Wilayah-wilayah elite di Jakarta seperti Menteng dan Kebayoran sudah berubah, apalagi wilayah yang baru berkembang belakangan. Jakarta telah berkembang hampir tak terkendali menjadi kota besar dengan segala permasalahannya. Wilayah Menteng, Jakarta Pusat adalah wilayah yang dibangun oleh kolonial Belanda pada awal abad ke-20. Wilayah ini sejak awal sudah dimaksudkan sebagai wilayah elite. Wilayah elite ini memelihara sejumlah situs bersejarah dan pemukiman yang tertata baik. Bagi generasi-generasi yang hidup dan bersekolah di Menteng pada 1960an dan 1970an wilayah ini merupakan menjadi semacam ruang nostalgia bagi memori kolektif generasi yang masa kecilnya hidup di Menteng, khususnya di wilayah Cikini-Kalipasir-Gondangdia. Ketiga tempat ini saling berdekatan tetapi memiliki ciri khas masing-masing. Pengamatan atas tiga wilayah di Menteng ini akan didekati dengan konsep gentrifikasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif.

Abstract: Jakarta has seen hundreds of years of development in all aspects. The districts in Jakarta such as Menteng and Kebayoran have experienced changes since their establishment, not to mention the areas that were developed afterward. The development of Jakarta is so fast making it uncontrollable with all its problems. Menteng, in Central Jakarta, is an area planned and developed by the Dutch colonial in early twentieth century. From the very beginning this area was meant to become an elite area. In its development this area clearly secures its historical sites and its houses are well maintained. For the generations who have lived and went to school in Menteng in the 1960s and 1970s this area is part of the collective memory they shared with many people, especially those lived in Cikini-Kalipasir-Gondangdia. These three areas are adjacent to each other but, interestingly, they develop quite differently. The observation of these three areas will be approached using the gentrification concept in urban area. This research uses descriptive qualitative method with ethnographic approach.

Published

2021-07-10

How to Cite

Sondakh, S. I. ., & Gunawan, I. . (2021). Gentrifikasi dan Kota: Kasus Kawasan Cikini-Kalipasir-Gondangdia. JSRW (Jurnal Senirupa Warna), 7(2), 165–176. https://doi.org/10.36806/.v7i2.114