Membaca Seni Semsar Siahaan sebagai Seni Rupa Pembebasan

Authors

  • Feri Agustian Sukarno Program Studi Desain Komunikasi Visual, Sekolah Tinggi Desain Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.36806/.v9i1.64

Keywords:

Seni dan Kesenimanan, Seni Pembebasan, Politik, Seni Kerakyatan, Marxisme, Art and Artistic, Liberation Art, Politics, Popular Arts, Marxism

Abstract

Abstrak: Kesenian tidak sepenuhnya otonom. Kesenian selalu memiliki hubungan timbal balik dengan pranata sosial lainnya, khususnya ekonomi dan politik. Keterkaitan ini berhubungan dengan tanggungjawab kesenian di hadapan kondisi masyarakat berkelas, ketika kelas berkuasa yang menguasai modal/alat produksi melakukan penindasan serta penghisapan secara terstruktur dan sistematis. Tulisan ini difokuskan kepada kajian terhadap seni rupa kerakyatan yang didengungkan kembali oleh Semsar Siahaan dengan istilah Seni Rupa Pembebasan setelah tragedi nasional 1965. Melalui pendekatan deskriptif kesejarahan juga eksplanatoris dikaji kehadiran Semsar Siahaan beserta pergulatan dan kesenimanannya dalam konteks seni pembebasan. Hasil pembahasan menunjukkan: pertama, seni yang digaungkan Semsar adalah seni rupa Marxis yang memiliki keunikan tersendiri, termasuk tugas dan fungsinya yang spesifik. Hal ini dikarenakan seni pembebasannya Semsar lahir dan tumbuh dalam realitas perkembangan kapitalisme yang khusus (kapitalisme yang berkelindan dengan militerisme dan sisa-sisa feodalisme). Kedua, seni pembebasannya Semsar adalah seni dengan visi yang sepenuhnya berpihak pada rakyat tertindas tanpa harus selalu mengorbankan kebebasan individu di atas altar kepentingan kolektif.

Abstract: Art is not fully autonomous. Art always has a reciprocal relationship with other social institutions, especially economics and politics. This connection is related to the responsibility of the arts in the face of a classy society, where the ruling class who controls the capital / means of production carry out oppression and exploitation in a structured and systematic manner. This journal is focused on the study of populist art which is echoed again by Semsar Siahaan with the term Art of Liberation after the 1965 national tragedy. Through a descriptive and historical explanatory approach, it is examined how the context of Semsar Siahaan's Liberation Arts and artistic struggles. The results of the discussion show: first, the art echoed by Semsar is a Marxist art that has its own uniqueness, including its specific duties and functions. This is because Semsar's art of liberation was born and grew in the realities of the development of a special capitalism (capitalism linked to militarism and feudalism remnants). Second, the art of Semsar's liberation is an art with a vision that fully sides with the oppressed people without always having to sacrifice individual freedom on the altar of collective interests.

 

Published

2021-07-02

How to Cite

Sukarno, F. (2021). Membaca Seni Semsar Siahaan sebagai Seni Rupa Pembebasan. JSRW (Jurnal Senirupa Warna), 9(1), 2–20. https://doi.org/10.36806/.v9i1.64